Minggu, 11 Oktober 2009

...Dan bila tiba saatnya kita pun pasti menyusul...

Setelah hujan kucinta wangi bumi yang basah. Wangi yang membuat gue merasa nyaman dan tenang.Namun sebaliknya ketika hujan lebat gue merasa gundah. Bila dirumah gue lebih memilih stay dikamar sambil mendengarkan lagu-lagu atau penyiar radio mengentertain para pendengarnya. Bila diluar gue akan mencoba mencari tempat yang aman dari air, angin dan suara petir.

Seperti hari ini, cuaca mendung sedikit gerimis namun kilat menghiasi langit Jakarta. Kondisi badan yang cukup lelah setelah 5 hari belajar mengenal dunia luar membuat gue lebih memlih menghabiskan hari sabtu dirumah.

Bangun siang, melupakan sejenak mandi gue langsung menyantap masakan yg telah disediakan mamah. Setelah itu membereskan kamar, lalu mandi. Merasa badan ini kurang baik terbesit ingin minum obat namun gue rebahkan kembali badan ini. Entah mengapa dalam angan antara sadar dan tidak sadar gue memikirkan tentang kehidupan yang telah gue lewati. Semakin gue mendalami semua perjalanan kehidupan semakin gue menatap perjalanan yang sangat jauh perjalanan yang harus gue lalui.

Menjelang malam gue mendapatkan kabar ayah teman gue kuliah telah tiada Yaaa.. itulah yang disebut akhir perjalanan pastinya teman gue menyambut kiamat kecil ini dengan tangisan seperti pertama kali ayahnya memulai kehidupan dengan tangisan. Namun bedanya kali ini tangisan yang diberikan adalah tangisan duka.

Minggu pagi gue dengan beberapa teman kuliah telah bekumpul di loby kampus untuk berencana melayat ayah iyunk (nama teman gue). menurut cerita teman beliau wafat akbat serangangan jantung.

Sekitar jam 10 pagi kami sampai di rumah iyunk. ketika tiba ayah iyunk sedang dmandikan dan gue duduk disebelah kain penutup ruang mandi sambil menatap selang transparan penuh air dihiasi bunga. Walau cuaca panas dan matahari terik menyinari langsung kepala, gue dengan sabar menunggu waktu yang tepat untuk bertemu iyunk dan memberi sedikit support.

Ketika kita telah tidak bernyawa gue menyadari bahwa kita tidak bisa melakukan apa-apa. Entah apa yang dilakukan ruh ayah iyunk ketika melihat raganya lemah tak berdaya.. Dimandikan, dikafankan hingga diantar di tempat peristirahatan yang teakhir.

jadi.. Selama gue masih diberi kesempatan untuk hidup. Gue akan berusaha sebaik mungkin untuk membahagiakan orang - orang disekeliling. Agar kelak bila gue telah tiada mereka akan merelakan air matanya terjatuh karena merasa kehilangan..